Korban Bandara udara  Singkawang

Keluarga membawa balita 


Beberapa hari ini beredar sebuah video yang  sangat menggemparkan di kalangan   komunitas Singbebas . Video tersebut merekam peristiwa yang menimpa  beberapa keluarga memakai jasa bandara udara Singkawang.  Keluarga tersebut membawa balita naik pesawat dari bandara Singkawang menuju ke Jakarta.


Sesudah check in , para penumpang sudah mendapat tempat duduk sesuai dengan nomor kursi yang tertulis di tiket pesawat. Para penumpang gembira, siap nanti saat pesawat take off. Tetapi kapten pesawat tidak mau menerbangkan pesawat setelah menemukan jumlah penumpang balita di dalam pesawat  jauh lebih banyak daripada yang ditetapkan oleh peraturan penerbangan. Kapten menolak menerbangkan pesawat. Pesawat ditunda 2 jam , para penumpang  ada di dalam pesawat. Supaya pesawat boleh terbang sebagian dari para penumpang yang membawa anak balita harus diturunkan( tidak ikut terbang-dikeluarkan dari pesawat). Menurut video itu ( kita sebut saja video korban) ada 7 orang diturunkan, mereka menjadi korban dari ketidak professional pihak pengelola bandara udara Singkawang dalam hal ini. Masyarakat berhak menuntut pihak pengelola bandara udara Singkawang memberi pelayaran lebih baik dan profesional kepada Masyarakat. Karena bandara udara Singkawang memakai dana APBD(uang rakyat ) untuk biaya pemeliharaan dan operasional


Kalangan komunitas Singbebas memuji video korban itu karena ada bernilai edukasi bagi masyarakat luas. Supaya jangan jatuh lebih banyak korban yang seperti mereka. Sebuah peringatan dini bagi mereka ingin membawa keluarga( anak balita) naik pesawat melalui bandara udara Singkawang. Hal yang baik harus kita viralkan. Dalam video itu ada salah satu Ibu yang duduk kursi di depan korban begitu simpati kepada korban dan anaknya.Ini mencerminkan wajah orang Singbebas yang memiliki hati “prikemanusiaan”, mengerti kesulitan yang dihadapi orang lain. Tidak  seperti Sak moi itu.


Ada beredar satu audio yang meminta video korban jangan diviralkan lebih luas. Pada pembuat audio mengaku namanya Sak Moi. HarapanSingkawang tidak mau berspekulasi identitas pembuat audio itu. Tetapi masyarakat menduga bahwa orang itu( mengaku Sak Moi) sebagai juru bicara konsorsium yang  mencarter pesawat. Belum ada maskapai nasional secara resmi mengadakan penerbangan tetap ke bandara udara Singkawang.

Mari kita mendengar isi dari audio itu, sedikitpun Sak Moi tidak menunjukkan rasa “sorry” terhadap keluarga korban itu, terutama balita. Dia mengeluh soal kerugian yang diderita karena delay penerbangan. Dia lebih mengutamakan”profit” daripada “safety”, takut rugi.

Kata  Li Bun Ku( legenda dongeng Hakka)”kalau dagang terus rugi dagang seperti itu tidak akan bertahan lama” nasehat ini sebagai bahan renungan untuk Sak Moi dan kawan kawannya .Menurut Sak Moi tidak ada pihak bersalah ( penjual tiket pesawat, petugas melakukan check in di bandara), tidak ada pihak yang bertanggungjawab. Kalau itu yang dimaksud Sak Moi, berarti bandara udara Singkawang tidak memberi jaminan keselamatan  kepada para pemakai bandara. Resiko tanggung sendiri.


Seandainya kapten pesawat tidak mempelajari daftar penumpang (data dari petugas check in) kalau terjadi musibah siapa yang harus bertanggung jawab ? Tentu saja pihak konsorsium tidak luput dari konsekuensi hukum karena menyediakan fasilitas untuk publik , mengabaikan keselamatan publik memakai fasilitasnya.







Video Korban 


Audio Sak Moi 



 




Jakarta,11 Februari 2025