Interview dengan Ibu Mimihetty Layani
Ada beberapa hal yang sangat krusial tentang Cap Go Meh Singkawang 2023 yang perlu diketahui masyarakat Singbebas. Maka Harapan Singkawang mengirim reporter kami ke Surabaya pada tgl 11 Februari 2023 khusus untuk mengadakan interview dengan Ketua Umum Panitia Perayaan Imlek 2574 dan Cap Go Meh 2023 Ibu Mimihetty Layani.
Kami membuat appointment dengan Ibu Mimihetty Layani via personal assistant nya, interview ini bertempat di Coffee Lounge Excelso Surabaya pada tanggal 12 Februari 2023.
Siapakah Mimihetty Layani? Mungkin Anda bertanya? Untuk mengetahui latar belakang sejarah keluarga ini. Harapan Singkawang membuka arsip catatan keluarga Mimihetty Layani. Sebuah catatan sejarah keluarga tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.
Mimihetty Layani adalah buyut dari “Kapitan Monterado”, Datuknya Mimihetty Layani yang menjabat kapitan di Monterado bernama: Lay Sit Pet. Almarhum adalah seorang pemimpin, pemikir, dan akademis sastra Chinese dialeg bahasa khek. Almarhum selalu menyadarkan kepada keluarga dan masyarakat betapa penting peranan pendidikan dalam kehidupan.
Pada tahun 1944 (zaman penjajahan Jepang) Kapitan bersama anggota keluarganya ada 3 jiwa dibantai oleh kekejaman tentara Jepang. Hanya tinggal Ibu Ibu dan anak anak yang luput dari pembantaian.
Ayahnya Mimihetty Layani bernama Lay Se Tjiap (salah satu cucu kapitan), almarhum adalah salah satu tokoh masyarakat Singkawang. Beliau lahir di Monterado dan sejak remaja pindah ke Singkawang untuk menganyomi pendidikan.
Marilah kita mengikuti interview ini.
Harapan Singkawang: Selamat siang Ibu Mimihetty Layani. Terima kasih. Ibu telah menyediakan waktu untuk kami. Kami tahu hari Minggu adalah waktu sangat penting bagi Ibu untuk berkumpul bersama dengan keluarga. Kami sangat menghargai atas kehadiran Ibu pada siang ini.
Ibu Mimi: Selamat Siang, Harapan Singkawang. Panggil saja nama saya Ibu Mimi. Terima kasih.
Harapan Singkawang: Selamat untuk Ibu atas sukses besar festival Cap Go Meh Singkawang 2023. Dibawah kepemimpinan Ibu sebagai Ketua Umum Panitia Perayaan Cap Go Meh tahun ini berjalan dengan lancar dan sukses berkat koordinasinya yang professional. Dan mencetak beberapa rekor.
Rekor pertama : Dalam sejarah Singkawang Ibu adalah seorang wanita pertama menjabat sebagai Ketua Umum Panitia Perayaan Cap Go Meh.
Rekor kedua : Cap Go Meh 2023 dihadiri beberapa pejabat tinggi negara dari Jakarta.
Rekor ketiga : Cap Go Meh 2023 dimeriahkan dari para tatung yang jumlahnya jauh lebih banyak dari event event tahun sebelumnya.
Ibu Mimi: Saya merasa bersyukur festival Cap Go Meh 2023 dapat berjalan sesuai seperti apa yang kita harapkan. Sukses pelaksanaan festival Cap Go Meh 2023 tidak luput dari dukungan berbagai pihak. Tanpa dukungan dari mereka, “impossible to achieve” semua itu. Maka mengambil kesempatan ini saya perlu mengucapkan terima kasih kepada:
Pak Soedomo Mergonoto (suami saya), dia mendukung saya dari awal sampai akhir tugas saya sebagai ketua umum Cap Go Meh Singkawang 2023. Walaupun waktunya padat dan sibuk di perusahaannya tetapi dia menyediakan waktu untuk menemani saya ke Singkawang. Support dan wejangan, kasih sayang dari dia membuat saya sangat ‘istimewa’.
Terima kasih untuk wakil ketua umum panitia Cap Go Meh, Ibu Tjhai Chui Mie bersama timnya yang bekerja keras untuk menyukseskan acara tahun ini.
Terima kasih untuk masyarakat Singkawang atas kerjasama, kepercayaan telah berikan kepada kami untuk memimpin festival Cap Go Meh 2023.
Juga terima kasih kepada pejabat tinggi negara, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota Singkawang,serta aparat keamanan dari TNI dan Polri.
Harapan Singkawang: Bagaimana Ibu Mimi sampai on youtube “ Bakmie Loncat”? Dapatkah Bu Mimi memberi keterangan?
Ibu Mimi: Oh itu. Kami diundang oleh Pak A On untuk acara minum kopi bersama di tempatnya di Kopisan. Ketika tiba di tempat Pak A On di ruang kopi bar penuh dengan tamu tamu. Disitu ada bakmie loncat, ada beberapa team panitia Cap Go Meh dll. “Bakmie Loncat” sedang on live mengajak kami ngobrol. Untuk tidak mengecewakan tuan rumah, suami saya Pak Soedomo memberi respon obrolan “Bakmie Loncat”. Perlu saya jelaskan disini pertemuan kami dengan “Bakmie Loncat” di rumah Pak A On diluar ‘agenda’ minum kopi bersama. Bukan pertemuan yang diagendakan sebelumnya, tapi spontanitas yang terjadi secara kebetulan.
Harapan Singkawang: Masyarakat merasa materi yang ditanyakan oleh “Bakmie Loncat” tentang ‘rasa Amoi Singkawang’ kepada Pak Soedomo Mergonoto (suami Mimi), tidak mempunyai relevansi dengan acara Cap Go Meh, materinya cenderung tendensius yang berpotensi menyinggung perasaan orang. Komentar seperti itu tidak menghormati Amoi ,seakan akan Amoi itu menjadi objek kepuasaan nafsu lelaki. Sebuah pelecehan terhadap Amoi. Betapa memalukan orang Singkawang sendiri saja tidak mengerti cara menghormati Amoi Singkawang.
Ibu Mimi: Sebagai manusia berbudaya kita harus menghormati siapa saja. Terutama terhadap Amoi Amoi kita.
Harapan Singkawang: Saya sangat setuju dengan pendapat Ibu Mimi.
Ibu Mimi: Istilah Amoi singkawang, sebenarnya bukan sesuatu hal baru dan sudah menjadi polemik sejak lama. Ada yang berkomentar secara positip dan ada juga yang berkomentar dengan nada miring. Ya, dalam hal ini saya berpikir yang positif saja, kesampingkan yang bersifat negatif , mempunyai platform dan sudut pandang yang berbeda, itu bagus , kebebasan menyampaikan pendapat ini, asal disampaikan pada waktu dan tempat yang tepat. Saya terbayang atas cerita nenek kami tentang keadaan keluarga kami pasca tahun 1944, 3 laki laki Tiang Utama Keluarga kami dibantai Jepang, yaitu Lay Sit Pet dan kedua putranya, Lay Djoeng Fong dan Lay Tjhiung Fong. Sebagian keluarga kami yang waktu itu masih remaja baik lelaki maupun perempuan pindah ke kota Singkawang. Yang masih tinggal di Monterado hanyalah Ibu Ibu almarhum saja yang telah dibantai Jepang. Saya sangat sulit membayangkan bagaimana Ibu Ibu atau Amoi Amoi,
yang bisa bertahan hidup di Monterado dengan situasi waktu itu. Sampai akhirnya setelah buyut perempuan kami Tjhia Djin Kiau (istri kapitan) meninggal pada tahun 1962, barulah seluruh keluarga kami pindah dan tinggal di kota Singkawang; sebelum kejadian politik ‘Cheu Fung Theu’ tahun 1967.
Sebagai generasi penerus, saya melihat ada nilai nilai yang harus dilestarikan, yaitu baik laki atau perempuan sama saja, harus bersama berjuang dan menopang keluarga tanpa kenal kata menyerah. Dan untuk bisa “survived” harus bisa menebalkan rasa toleransi dan saling menghormati satu sama lain.
Harapan Singkawang: Ada pihak tertentu dimasyarakat kita menduga Ibu menjabat ketua umum panitia Cap Go Meh bermotivasi memberi dukungan kepada pihak tertentu dalam pencalonan wako Singkawang 2024 nanti. Bagaimana Ibu menanggapi isu yang negatif itu.
Ibu Mimi: Ada dua hal yang penting perlu saya tegaskan disini. Kota Singkawang adalah milik kita semua.
Pertama: Saya menjabat ketua panitia Cap Go Meh Singkawang 2023 karena permintaan masyarakat Singkawang. Sebagai orang kelahiran Singkawang saya merasa terpanggil, kemudian saya berkonsultasi dengan suami saya tentang akan hal ini. Bukan karena permintaan dari orang tertentu.
Kedua: Saya bersikap netral atas pilkada di Singkawang tahun 2024, karena siapa pun yang menjadi walikota Singkawang tidak ada untung ruginya bagi saya. Saya berharap siapapun yang menjadi walikota Singkawang agar bisa menjaga kerukunan antar etnis disana karena Singkawang merupakan kota tertoleran di Indonesia “Predikat ini yang harus kita jaga”. Masalah pencalonan wako Singkawang 2024 adalah masalah lokal. Orang Singkawang lebih tahu siapa calon yang memiliki kemampuan memimpin kota Singkawang yang kita cintai bersama. Saya orang luar, tinggal di Surabaya kurang memahami isu lokal. Saya dan suami tidak ada interest soal politik, hanya mengharapkan dunia politik itu berjalan dengan aman dan damai. Kami senantiasa akan berusaha berpartisipasi dalam hal yang baik untuk masyarakat Kota Singkawang yang multi etnis, dalam materi program kegiatannya, bukan personality. Meskipun personality pasti mempengaruhi subjektif kami dalam mengambil keputusan, wajarlah, sebagai manusia biasa.
Harapan Singkawang: Ibu Mimi, pintu gerbang batas kota Singkawang sebutan masyarakat gerbang “Kapal Api” yang bapak dan ibu bangun itu sangat mewah menjadi kebanggaan kota Singkawang. Bapak Soedomo Mergonoto selaku CEO Kapal Api Global atas kontribusinya membangun dan memperindah kota Singkawang dengan adanya pembangunan pintu gerbang selatan yang dinamakan pintu gerbang Cap Go Meh (dragon gate). Mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat atau warga kota Singkawang.
Ibu Mimi: Terima kasih. Ketika membangun pintu gerbang kami mempertimbangkan kota Singkawang adalah kota multi etnis. Maka membangun pintu gerbang untuk masyarakat umum bukan untuk individu ataupun etnis tertentu saja.
Harapan Singkawang: Terima kasih, Ibu Mimi. Untuk interview ini, kami senang dapat berbincang dengan Ibu, semoga dilain kesempatan kita dapat ketemu lagi.
Ibu Mimi: Terima kasih, Harapan Singkawang.
Membaca artikel lain silakan kebagian Arsip
Sumber : Foto Album Keluarga Mimihetty Layani
Sumber : Foto Album Keluarga Mimihetty Layani.