Sumbangan untuk Yayasan sosial Ai Ai Tun Tun?

Untuk  membangun komunitas  berkualitas kita harus pantau terus perilaku anggota komunitas kita”

 

Kadang kadang kita merasa sangat sedih melihat orang melakukan kebodohan dengan memakai kekayaan yang mereka miliki. Aksi mereka itu tidak ada nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan. Yang dapat meningkatkan derajat  kemanusiaan, dapat meningkatkan standar  kehidupan bermasyarakat yang lebih baik .

Mereka ini ingin menonjolkan atau memamerkan kekayaan mereka miliki melalui media sosial online. Istilah orang Singbebas menyebutnya :’orang kaya baru ingin mencari fung theu ( lagak )

Mereka klaim  dirinya orang kaya dan ingin memamerkan diri di online tetapi tidak tahu “caranya”. Kebodohan mereka ini cepat dimanfaatkan oleh Bakmie Loncat untuk menawarkan jasanya. Tentu saja Bakmie loncat tidak akan melakukan  sesuatu tanpa mengharapkan suatu balasan.


Sekedar contoh mereka pernah memakai jasa Bakmie loncat yakni Atong (orang Pemangkat  pengusaha kapal), Bu Cu , A On untuk memamerkan diri.  Menurut definisi  Bakmie Loncat orang kaya  adalah orang berani menyumbang dana untuk yayasannya ( orang Singkawang menyebut Yayasan sosial bakmie loncat : Yayasan sosial Ai Ai Tun Tun -pendek  genpal. Tentu saja mereka memberi sumbangan karena mereka takut dicap ‘bukan orang kaya’.

 

Menurut pengamat sosial & perilaku orang Singbebas , Pak Rudy Lesmana( dosen STIE  Singkawang) mengatakan : “Hanya orang kaya bodoh yang mau menyumbang dana untuk Yayasan sosial Ai Ai Tun Tun itu, manajemennya  tidak jelas dan tidak transparan,tidak ada target proyek “.

 

Reporter HarapanSingkawang meminta pendapat ketua perkumpulan Perwajas, Pak Ceu Cen Khiong tentang Yayasan sosial Ai Ai Tun Tun itu. Beliau menjawab spontan; “Keu Ngan ( mata anjing , arti kiasan membedakan status sosial ekonomi seseorang ). Tidak ada nilai ‘sosial’. Karena suatu Yayasan sosial seharusnya tidak membedakan status ekonomi orang “.

 

Ada satu ungkapan dalam Bahasa Inggris cocok untuk mereka ini  yakni:’ Some people are so poor, all they have is money ( Ada orang sangat malang, yang mereka miliki hanyalah uang ). Pemahaman ungkapan itu bisa begini: ada orang tidak memiliki sesuatu pada dirinya yang dapat dia dibanggakan kecuali uang. Dalam pergaulan sehari hari kita menyebut  mereka ini tidak memiliki wawasan( sui chun-standar) tetapi hanya memiliki uang.

 

Seharusnya dengan kekayaan itu dapat digunakan sebagai rasa tanggung jawab  sosial, dengan cara mengembalikan  sebagian kekayaan yang mereka miliki untuk membangun proyek yang bermanfaat bagi masyarakat.


Pernah satu suster di Flores mencari dana untuk membangun asrama kesusteran mengatakan begini:”Tuhan melihat hati manusia tetapi manusia melihat luarnya, apa  yang manusia kagumi  belum tentu Tuhan mengagumi”. Berbicara dari pengalaman kehidupan dari  suster ini dalam  soal penilaian dia terhadap manusia: “Tidak  semua orang kaya bermurah hati memberi tetapi orang miskin memberi dari kekurangannya”.

Kata kata diatas itu menjadi bahan renungan dan introspeksi diri bagi kita.

 

Jakarta , 24 Maret 2023

Pak A ON bersama Atong, Bakmie Loncat

sumber foto: group WA

Pak Bu Cu 

sumber foto: Group WA

Pak Rudy Lesmana 

sumber foto: Group WA

Bakmie Loncat dengan Atong

sumber foto: Group WA